Balada Seorang Cewek Dan Penjual Nasi Goreng


Seorang pemuda berpacaran dengan seorang cewek cadel. Pada suatu malam minggu, mereka makan nasi goreng yang tidak jauh dari indekos si cewek.
“Pak, nasi goleng dua” kata si cewek.
“Apa?“ kata penjual nasi goreng sambil dengan nada meledek.
“Nasi goleng” kata si cewek.

“Oh, nasi goleng” kata penjual nasi goreng sambil tersenyum.
Sesampai di kos, si cewek bertekad untuk berlatih mengucapkan “nasi goreng” dengan benar. Pada malam minggu berikutnya, si cewek sudah lancar mengucapkan “nasi goreng”

Minggu Ke Dua
Dengan perasaan bangga si cewek mengajak si cowok makan nasi goreng ditempat yang sama. Dia ingin menunjukan kepada pacarnya dan penjual nasi goreng bahwa dia sudah bisa mengucapkan “nasi goreng” dengan benar.
Pak, nasi goreng dua” kata si cewek sambil tersenyum bangga.
“Wah sudah lancar bilang “nasi goreng” Omong-omong, mau pake apa?” Tanya penjual nasi goreng.
“Pakai telul” kata si cewek dengan wajah merah padam.
 Sesampai di kos, si cewek bertekad untuk berlatih mengucapkan “telur” dengan benar.  Pada malam minggu berikutnya, si cewek sudah lancar mengucapkan “telur”.

Minggu Ke Tiga
Kali ini si cewek lagi-lagi berniat makan nasi goreng dengan pacarnya ditempat yang sama. Pokoknya begitu ditanya si penjual, dia akan bilang, “nasi goreng pakai telur”.
Benar saja. Begitu sampai, si penjual langsung bertanya/
“Nasi goreng, Mbak?”
“Iya, Nasi goreng dua pakai telur”
Si penjual pun bengong. Lantas dia bertanya.
“Telurnya di ceplok atau dadar?”
“Dadal”.
            Lagi-lagi si cewek malu dibuatnya. Kali ini, dia harus berlatih dengan keras untuk mengucapkan “dadar” dengan benar.

 Minggu Ke Empat
Dengan modal latihan selama empat minggu, si cewek kali ini bertekad tidak akan mempermalukan dirinya sendiri di depan pacarnya.
“Pak, nasi goreng dua, pakai telur, di dadar” kata si cewek.
Dengan langkah mantap dia mengandeng pacarnya dan duduk di kursi paling ujung. Belum lengkap rasa bangga si cewek karena sudah bisa mengucapkan “nasi goreng” “telur” dan “dadar” si penjual nasi goreng datang menghampiri.
“Minum apa, Mbak?”
“Es Jeluk” kata si cewek spontan.

Minggu Ke Lima
            Kali ini si cewek punya rencana lain. Dia akan beli nasi goreng ditempat yang sama. Namun, kali ini dibungkus.
            Bersama si pacar kali ini lagi-lagi dia pergi ke penjual nasi goreng yang tanpa terasa sudah beberapa minggu ini menjadi langganannya.
“Pak, nasi goreng dibungkus dua, pakai telur di dadar” kata si cewek.
“Ngak minum es jeluk?” kata si penjual nasi goreng sambil meledek.
“Boleh. Tapi es jeruknya dibungkus juga ya” kata si cewek dengan bangga. Kali ini aku bakal menang, pikirnya.
            Beberapa saat kemudian, pesanan pun sudah siap. Dua bungkus nasi goreng dan es jeruk.
“Jadi semua berapa, Pak?” Tanya si cewek.
“Rp. 14.500,-“ kata si penjual nasi goreng.
            Si cewek pun menyerahkan uang Rp. 15.000,- namun, beberapa menit ditunggu ternyata si penjual nasi goreng tak juga menyerahkan uang kembalian itu.
“Pak, kembaliannya mana?”
“Oh, iya. Hampir lupa. Uangmu Rp. 15.000,- habisnya Rp. 14.500,-. Berarti kembaliannya berapa?” kata si penjual nasi goreng sambil tersenyum.
Si cewek tampak diam sejenak. Namun, beberapa saat kemudian dia bilang, “Jadi kembaliannya gopek”.
            Kali ini sih cewek dan pacarnya meninggalkan penjual nasi goreng itu dengan senyum penuh kemenangan.

No comments:

Post a Comment